PENGUJIAN SENYAWA AMINA DAN
NITRIL
(Makalah
Kimia organik II)
Penulis:
Ekha
Oktharia (1313023022)
P.S :
Pendidikan Kimia (B)
Mata Kuliah :
Kimia Organik II
PENDIDIKAN KIMIA
PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa
amina tersusun oleh atom C, H dan N. Gugus fungsi amina dapat diketahui dari
sifat basanya, amina alfalik sederhana larut dalam air dan akan memperlihatkan
perubahan warna lakmus merah, selain itu sifat basa dari amina dapat diketahui
melalui yang sederhana dengan direaksikan dengan asam. Sedangkan nitril disebut
juga sebagai senyawa siano. Senyawa ini mempunyai gugus fungsional tidak jenuh
– CN yang tidak dapat bereaksi dengan
Br2 /CCl4 atau dengan KMnO4.
Perbedaan
sifat kelarutan dari amina dan nitril dapat digunakan sebagai identifikasi.
Amina primer, sekunder, dan tersier dari rantai alifatik mudah larut dalam HCl
encer. Untuk amina aromatik dengan satu cincin mudah larut dalam larutan 10%
HCl tetapi dengan kenaikan cincin seperti diarilamina dan triarilamina tidak
larut dalam amina. Nitril tidak dapat larut dalam larutan HCl 10%. Hal ini
disebabkan karena gugus –CN tidak cukup
basa untuk membentuk garam hidroklorida.
Test
karakteristik kimia yang dipakai unutk menunjukkan adanya senyawa amina yang
larut dalam air dapat menggunakan larutan CuSO4 10%. Hasil tes ini
positif bila terbebtuk warna biru atau hijau kebiru-biruan. Untuk membedakan
sub kelompok amina digunakan test Hinsberg. Test ini didasarkan pada reaksi
amina primer dan sekunder dengan bensensulfonil klorida membentuk
bensensulfonamida yang tersubstitusi. Oleh karean itu, untuk lebih memahami
penjelasan di atas makalah ini dibuat.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mampu
melakukan identifikasi terhadap senyawaan amina primer, sekunder, dan tersier.
2. Mampu
membedakan senyawa amina dan nitril berdasarkan reaksi identifikasi bagi
keduanya.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Amina
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom
nitrogen trivalent yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon,
dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2,
-NHR, atau –NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai
tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon
yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan
amina.
2.2 Ciri
Khas Amina
Di antara sejumlah golongan senyawa organik yang
memiliki sifat basa,yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina
memilikikeaktifan, misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak,
meskalinayang dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan
amfetaminamempunyai efek stimulant. Kelompok senyawa alkaloid yang berasal
daritumbuhan secara kimia juga merupakan bagian dari golongan basa organik
amina.
2.3 Klasifikasi
dan Tata Nama Amina
Terdapat tiga jenis amina sesuai dengan jumlah atom
H yang dapat digantikan oleh gugus alkil, yaitu amina primer (R–NH2), amina
sekunder (R2–NH), dan amina tersier (R3–N).
Tata nama trivial untuk ketiga senyawa tersebut
diturunkan dari nama gugus alkilnya.
Contoh :
Penataan nama secara sistematis (IUPAC), amina
primer diturunkan dari alkana dengan menambahkan kata –amino. Nomor atom karbon
terkecil diberikan kepada atom karbon yang mengikat gugus –NH2.
Contoh
:
2.4 Sifat-Sifat
Amina
Amina primer dengan berat molekul rendah berupa gas
atau cairan yang mudah menguap. Pada umumnya mempunyai bau seperti amonia.
Amina sekunder dan tersier berbau seperti ikan (amis), tetapi penguapannya
lebih rendah daripada amina primer.
Fenilamina murni berupa minyak tak berwarna, tetapi
akibat oksidasi fenilamina sering ditemukan berwarna kekuningan. Fenilamina
sedikit larut di dalam air, sedangkan amina primer yang lebih rendah larut
dalam air. Beberapa sifat fisika amina ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Titik Didih dan Kelarutan dalam Air Senyawa Amina
Nama
|
Rumus Struktur
|
Titik Didih
(°C)
|
Kelarutan dalam Air
(g 100mL)
|
Metilamin Dimetilamin Trimetilamin Etilamin Benzilamin
Anilin
|
CH3NH2
(CH3)2NH
(CH3)3N
CH3CH2NH2
C6H5CH2NH2
C6H5NH2
|
–6,3
7,5
3,0
17,0
185,0
184,0
|
∞
∞
∞
∞
∞
3,7
|
Sifat-siat kimia dari amina adalah sebagai berikut.
Kebasaan
Seperti halnya amonia, semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basa
Contoh :
Seperti halnya amonia, semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basa
Contoh :
H
│
CH—N: + H – O- H CH3- N- H + HO
│
H
│
CH—N: + H – O- H CH3- N- H + HO
│
H
Metilamonium hidroksida.
Kb =
———————— = 4,37 × 10-4
Harga pKb untuk CH3NH2= - log Kb = 3,36
Harga pKb untuk CH3NH2= - log Kb = 3,36
Untuk
menelaah kebasaan suatu amina, sering kali digunakan acuan tetapan ionisasi
konjugatnya (Ka). Untuk asam konjugat dari CH3NH2 yaitu CH3NH3+ harga tetapan
ionisasi asamnya adalah :
CH3NH3+
CH3NH2 + H+
[CH3NH2][H+]
Ka = 4,37x10
[CH3NH3+]
Harga pKa untuk CH3NH3+ = -log Ka = 10,64
Harga pKa dan pKb untuk pasangan asam basa konjugat dinyatakan dengan persamaan: pKa + pKb =1
[CH3NH2][H+]
Ka = 4,37x10
[CH3NH3+]
Harga pKa untuk CH3NH3+ = -log Ka = 10,64
Harga pKa dan pKb untuk pasangan asam basa konjugat dinyatakan dengan persamaan: pKa + pKb =1
Reaksi Amina
dngan Asam
Amina yang
larut maupun yang tidak larut dalam air dapat bereaksi dengan asam dan
menghasylkan garam yang larut dalam air.
Contoh :
(CH3CH2)2NH + HCl →
(CH3CH2)2NH2+Cl-
Dietilamonium klorida
2.5 Reaksi-Reaksi
Amina
Reaksi Amina
dengan Asam Nitrit
1.
Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkanalkohol
disertai pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
│
CH2CH3
│
CH2CH3
Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol
2°).
2.
Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2
menghasilkan senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O
Contoh :
HN=O
N + HNO2 → N + H2O
CH3 CH3
N-metilanilina N-metilnitrosoanilina
HN=O
N + HNO2 → N + H2O
CH3 CH3
N-metilanilina N-metilnitrosoanilina
3.
Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil
reaksi yang ditentukkan oleh jenus amina tersier yang digunakan. Pada amina
alifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO2 mengakibatkan terjadinya
sustitusi cincin aromatik oleh gugus –NO seperti contoh dibawah ini :
CH3CH2
N + HNO2 → N + H2O
CH3 CH3
N,N-dietilanilina p-nitroso –N,N- dimetilanilina.
N + HNO2 → N + H2O
CH3 CH3
N,N-dietilanilina p-nitroso –N,N- dimetilanilina.
4. Amina
aromatik primer jika direaksikan dengan HNO2 pada suhu 0°C menghasilkan garam
diazonium
Contoh: :
NH2+HNO2+HCl N= : Cl + 2H2O
Anilina benzenadiaazonium klorida.
Reaksi Amina dengan Asam
Contoh :
CH3CH2)2NH + HCl (CH3CH2)2NH+Cl-
Dietilamonium klorida
2.6 Pembuatan
Amina
Ada dua
jalan umum untuk pembentukan amina yaitu reduksi dan substitusi.
Yang pertama akan dibahas adalah reaksi reduksi terlebih dahulu, adapun
prosesnya adalah sebagai berikut.
Cara reduksi:
·
Pembuatan amina primer
Untuk pembuatan amina primer, reaksi
terjadi dalam dua tahapan. Pada tahapan pertama, terbentuk sebuah garam –
dalam hal ini, etilamonuim bromida. Garam ini sangat mirip dengan
amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom hidrogen dalam ion amonium telah
diganti oleh sebuah gugus etil.
Dengan demikian, ada kemungkinan
untuk terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan
amonia berlebih dalam campuran.
Semakin banyak amonia yang terdapat
dalam campuran, semakin besar kemungkinan terjadi reaksi selanjutnya.
·
Pembuatan
amina sekunder
Reaksi di atas tidak berhenti
setelah amina primer terbentuk. Etilamina juga bereaksi dengan bromoetana –
dalam dua tahapan yang sama seperti reaksi sebelumnya.
Pada tahap pertama, terbentuk sebuah
garam – kali ini, dietilamonium bromida. Anggap garam yang terbentuk ini adalah
amonium bromida dengan dua atom hidrogen yang digantikan oleh gugus-gugus etil.
Lagi-lagi terdapat kemungkinan
terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan amonia
berlebih dalam campuran tersebut, seperti diperlihatkan pada gambar berikut:
Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion dietilamonium
sehingga menjadikannya amina sekunder, yakni dietilamin. Amina sekunder adalah
amina yang memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen.
·
Pembuatan
amina tersier
Setelah amina sekunder terbentuk, reaksi masih belum
berhenti. Dietilamina juga bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang
sama seperti pada reaksi sebelumnya.
Pada tahapan pertama, terbentuk trietilamonium bromida.
Lagi-lagi ada kemungkinan terjadinya reaksi reversibel
(dapat balik) antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut,
sebagaimana ditunjukkan berikut:
Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion trietilamonium
sehingga menjadikannya amina tersier, yakni trietilamin. Amina tersier adalah
amina yang memiliki tiga gugus alkil terikat pada nitrogen.
Reaksi substitusi dengan amina:
2.7 Penggunaan Amina Dalam Sintesis
Sintesis senyawa yang mengandung nitrogen mendapatkan
perhatian khusus dari para ahli kimia organik yang berkecimpung dalam
farmakologi dan ilmu pngetahuan biologis lainnya, karena banyak biomolekul yang
mengandung nirogen. Sebagian besar yang digunakan untuk mensintesis senyawa
nitrogen dari amina telah dibahas dalam buku lain.
Banyak reaksi amina adalah hasil serangan nukleofilik oleh
elektron menyendiri dari nitrogen amina. Reaksi substitusi suatu amina dengan
alkil halida adalah suatu contoh dari amina yang bertindak sebagai suatu
nukleofil. Amina dapat juga digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi substitusi
asil nukleofilik. Jika derivat asam karboksilat merupakan reagensia
karbonilnya, maka diperoleh amida sebagai produk. Jika reaksi karbonil berupa
aldehid atau keton, produknya dalah imina (dari amina primer, RNH2) atau suatu
enamina (dari suatu amina sekunder, R2NH).
(-NR3+OH-) merupakan suatu teknik sintetik lain. Eliminasi
Hofmann dari amonium kuarter hidroksida, lebih berguna sebagai suatu alat
analitis dari pada suatu alat sintetik, karena dihasilkan campuran alkena.
(juga, suatu reaksi eliminasi alkil halida merupakan jalur yang lebih mudah
menuju alkena di laboratorium). Bahkan spektroskopi nmr telah lebih bayak
digunakan sebgai suatu alat bantu dalam suatu struktur dari pada eliminasi
Hofmann. Di pihak lain,pengubahan suatu arilamina menjadi garam diazonium yang
disusul reaksi substitusi, sangat berguna dalam sitesis organik, dan untuk memeriksa tipe senyawa yang mudah diperoleh
dari garam arildiazonium.
Enantiomer tunggal dari amina kristal lazim dijumpai dalam
tumbuhan. Karena kebasaannya, beberapa amina ini dapat digunakan untuk
memisahkan asm-asam karboksilat rasimik. Dua diantaranya ialah striknina
(strychnine) dan brusina (brucine), keduanya dapat diisolasi dari biji bidara
laut (strychnos nux-vomica; kedua senyawa itu merupakanstimulan yang bersifat
racun dalam sistem syaraf pusat).
2.8 Pengertian Nitril
Nitril adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi -CN. Gugus fungsi
-CN disebut gugus nitril. Senyawa nitril biasanya berupa cairan
tidak berwarna dengan bau yang menyenangkan. Dalam gugus -CN, atom
karbon dan atom nitrogen berikatan rangkap tiga. Siano prefix digunakan dalam
tata nama kimia untuk menunjukkan adanya kelompok nitril dalam suatu molekul. Ion sianida adalah ion negatif dengan rumus -CN. Gugus
± CN kadang-kadang disebut
sebagai gugus sianid atau siano, senyawa yang mengandung gugus sianid disebut
sianida. Senyawa yang mengandung gugus nitril sangat beracun karena dapat
melepas ion CN.
Nitrilase adalah salah satu jenis enzim penghidrolisa senyawa nitril. Substrat utama dari enzim ini
adalah indol-3-asetonitril dan senyawa ini kemudian akan diubah menjadi
indol-3-asam asetat. Nitril (R-CN) terdapat di alam dalam jumlah yang sangat
besar dalam bentuk sianoglikosida. Senyawa ini banyak digunakan
sebagai pembentuk polimer dan senyawa
kimia lainnya. Oleh karena itu, enzim nitrilase menjadi salah satu enzim yang
banyak dikembangkan saat ini. Enzim ini dapat ditemukan pada tanaman, hewan, dan fungi. Enzim nitrilase dapat
dikelompokkan menjadi 3 golongan berdasarkan spesifitas substratnya, yaitu
alifatik, aromatik, dan arilaceto-nitrilase. Enzim-enzim ini tidak
membutuhkan ion logam atau gugus prostetik sebagaikofaktornya. Aktivitas nitrilase dapat
dianalisis dengan menggunakan high performance liquid chromatography ( HPLC) dan infrared
spectroscopy (FTIR).
2.9 Tata Nama Nitril
Dalam sistem tata nama
IUPAC, nitril diberi nama berdasarkan rantai induk alkananya, atom c yang
terikat pada atom N juga termasuk kedalam rantai induk. Nama lkana itu diberi
nama akhiran –nitril. Beberapa nitril diberi nama menurut nama trivial asam
karboksilatnya dengan menggantikan imbuhan asam-oat menjadi akhiran –nitril,
atau –onitril, jika huruf akhirnya tidak nerupa –o.
Contoh :
a. Etananitril (IUPAC)
b. Asetonitril (trivial)
c. Benzanakarbonitril
(IUPAC)
d. Benzonitril (trivial)
2.10
Reaksi-Reaksi
Nitril
Kelompok nitrile dalam senyawa organik dapat mengalami
berbagai reaksi ketikatunduk pada reaktan atau kondisi tertentu. Sebuah
kelompok nitril dapat dihidrolisis,dikurangi, atau dikeluarkan dari molekul
sebagai ion sianida.
·
Hidrolisis
Hidrolisis nitril umumnya dianggap sebagai salah satu metode
terbaik untuk persiapan asam karboksilat. Namun, reaksi katalis basa atau asam
ini memilikiketerbatasan tertentu dan / atau kerugian untuk persiapan amida.
Pembatasan umum adalah bahwa netralisasi akhir dari basis baik atau asam
mengarah ke pembentukan garam yang luasdengan kontaminasi produk nyaman dan
efek polusi. Keterbatasan tertentu adalah sebagai berikut:
ü
Reaksi
katalis basa.
Studi kinetik memungkinkan perkiraan harga relatif untuk
hidrasi pada setiap langkah reaksi dan, sebagai contoh khas, konstanta laju
orde kedua untuk hidroksida-ion hidrolisis katalis asetonitril dan asetamida adalah
1,6 × 10-6 dan7,4 × 10-5 M-1 s-1, masing-masing.
Perbandingan dari dua nilai menunjukkan bahwa langkah kedua hidrolisis untuk
reaksi basa-katalis lebih cepat dari yang pertama, dan reaksi harus melanjutkan
ke produk hidrasi akhir (garam karboksilat) daripada berhenti pada tahap amida.
Ini berarti bahwa amida disiapkan dalam logam-bebas reaksi basa-katalis
konvensional harus terkontaminasi dengan asam karboksilat dan mereka dapat
diisolasi hanya hasil moderat.
ü
Reaksi
katalis asam.
Penerapan solusi asam kuat membutuhkan kontrol yang cermat dari
suhu dan rasio reagen untuk menghindari pembentukan polimer, yang dipromosikan
oleh karakter eksotermik hidrolisis.
·
Pengurangan
Dalam pengurangan organik nitril berkurang dengan bereaksi
dengan hidrogen dengan nikel katalis, sebuah amina terbentuk dalam reaksi ini. Pengurangan
ke imin diikuti hidrolisis untuk aldehida berlangsung dalam sintesis aldehida
Stephen.
·
Alkilasi
Nitril alkil yang cukup asam untuk membentuk carbanion, yang
Alkylate berbagai elektrofil. Kunci untuk nucleophilicity biasa adalah
permintaan sterik kecil unit CN dikombinasikan dengan stabilisasi induktif.
Fitur-fitur ini membuat nitril ideal untuk membuat ikatan karbon-karbon baru di
sterik menuntut lingkungan untuk digunakan dalam sintesis kimia obat.
Perkembangan terakhir telah menunjukkan bahwa sifat dari logam kontra-ion menyebabkan
koordinasi berbeda baik nitrogen nitril atau karbon nukleofilik yang
berdekatan, sering dengan perbedaan yang mendalam dalam reaktivitas dan
stereokimia.
2.11
Pembuatan
Nitril
Berikut adalah beberapa
proses yang dapat dilakukan dalam pembuatan nitril:
1.
Amoksidasi
Dalam
ammonoxidation, hidrokarbon sebagian teroksidasi dengan adanya amonia. Konversi
ini dilakukan dalam skala besar untuk akrilonitril:
CH 3 CH = CH 2 + 3/2 O 2
+ NH 3 → NCCH = CH 2 + 3 H 2 O
Sebuah
produk samping dari proses ini adalah asetonitril .
Kebanyakan turunan dari benzonitrile serta isobutironitril disusun oleh
amoksidasi.
2.
Hydrocyanation
CH 2
= CH-CH = CH 2 + 2 HCN → NC (CH 2) 4 CN
3.
Dari halida organik dan
garam sianida
Seringkali untuk aplikasi khusus lagi, nitril dapat
dibuat dengan berbagai metode lain. Misalnya, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik alifatik dengan
logam alkali sianida dalam sintesis nitrile Kolbe . Nitril aril disiapkan di Rosenmund-von Braun sintesis .
4.
Cyanohydrins
Para cyanohydrins adalah kelas khusus nitril yang
dihasilkan dari penambahan sianida logam untuk aldehida dalam reaksi sianohidrin. Karena polaritas dari karbonil organik, reaksi ini
tidak memerlukan katalis, seperti hydrocyanation alkena.
5.
Dehidrasi amida dan oximes
Nitril dapat
disiapkan oleh Dehidrasi primer amida. Banyak reagen
yang tersedia, kombinasi etil dichlorophosphate dan DBU hanya salah
satu dari mereka dalam konversi ini benzamide ke benzonitrile:
Dalam
terkait dehidrasi , sekunder amida memberikan
nitril oleh von Braun degradasi amida . Dalam kasus ini, satu ikatan CN
dibelah. Dehidrasi aldoximes (RCH = NOH)
juga mampu nitril. Reagen Khas untuk transformasi ini arewith triethylamine / sulfur dioksida , zeolit, atau sulfuryl klorida . Pemanfaatan pendekatan ini adalah sintesis Satu-pot nitril dari aldehida dengan hidroksilamin di hadapan natrium sulfat.
2.12 Kegunaan
Senyawa Nitril
Acrylonitrile merupakan salah satu produk kimia yang cukup
luas pemanfaatannya bagi kebutuhan umat manusia, penggunaan acrylonitrile yang
paling utama adalah untuk acrylic fibers selain itu pemanfaatan produk ini juga
untuk produksi plastik seperti acrylonitrile-butadiene-styrene (ABS) and
styrene acrylonitrile (SAN). Pemanfaatan ABS adalah untuk pipa dan
pelengkapnya, perlengkapan otomotif dan peralatannya. Sementara SAN banyak
digunakan pada peralatan dan perlengkapan rumah semacam gantungan, wadah es,
dan peralatan lainnya. Fungsi lain dari acrylonitrile adalah dalam produksi
nitrile rubbers dan nitrile barrier resin, dimana nitrile rubbers digunakan
pada bidang keteknikkan dan proses industri karena sifatnya yang memiliki daya
tahan terhadap bahan kimia, minyak, pelarut, panas dan abrasi, sedangkan
nitrile barrier resin banyak digunakan pada industri makanan, kosmetik, minuman
serta pengemasan bahan kimia lainnya. Penggunaaan acrylonitrile yang lain
adalah untuk bahan adiponitrile yang merupakan bahan antara industri nilon dan
acrylamide.
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Amina
merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organic.
2. Senyawa amina diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu amina primer, amina
sekunder, dan amina tersier.
3. Titik didih amina tersier lebih rendah
dari pada amina primer atau sekunder yang bobot melekulnya sepadan, dan titik
didihnya lebih dekat ke titik didih alkana yang bobot molekulnya bersamaan.
4. Ada
dua cara umum dalam pembentukan amina, yaitu dengan cara reduksi dan sustitusi.
5. Reaksi
subtitusi dari alkil halida dengan amonia menghasilkan garam dari amin primer.
6. Reduksi dari
amida atau nitril dengan litium aluminium hidrida atau dengan gas hidrogen
(hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina.
7. Senyawa
nitril biasanya berupa cairan tidak berwarna dengan bau yang menyenangkan.
8. Pembuatan
senyawa nitril dapat dilakukan dengan cara amoksidasi, Hydrocyanation, dari halida organik dan garam sianida, Cyanohydrins, dan
dehidrasi amida dan oximes.
9. Sebuah kelompok nitril dapat
dihidrolisis,dikurangi, atau dikeluarkan dari molekul sebagai ion sianida.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. dan Fessenden, Joan S.
2006. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Hard, Harold, dkk. 2003. Kimia
Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Keenan. 1984. Kimia
Untuk Universita. Jakarta: Erlangga.
Lestari, S. 2004. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Jakarta: Kawan Pustaka.
0 komentar:
Posting Komentar